لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ،لَبَّيْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ، إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ
Labbaikallahumma labbaik, labbaika la syarika laka labbaik, innal-hamda wan-ni‘mata laka wal-mulk, la syarika lak.
“Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu. Aku penuhi panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu, aku penuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji, nikmat, dan kerajaan adalah milik-Mu, tiada sekutu bagi-Mu.”
Pagi itu, Kamis (31/07/25), gema talbiyah yang syahdu memenuhi setiap sudut Taman Tirtoyoso, Kota Kediri. Lantunan sakral itu seolah memanggil jiwa-jiwa suci para siswa-siswi SD Plus Rahmat, yang hari itu menjelma menjadi para calon tamu Allah. Dengan pakaian ihram serba putih yang suci, mereka melangkah penuh harap, mengawali perjalanan spiritual yang menggetarkan. Setiap helai kain putih yang mereka kenakan bukan sekadar busana, melainkan simbol niat tulus untuk memenuhi panggilan-Nya.
Sesuai dengan pembagian kloter dan negara, para Sholih-Sholihah didampingi oleh Amirul Hajj masing-masing siap melakukan prosesi ini. Langkah pertama mereka berada di Miqat, tempat mereka mengikrarkan niat suci umrah. Sampai di depan gerbang Kota Makkah, lantunan shalawat menggema, menyambut kedatangan para jemaah haji cilik. Saat kaki-kaki mungil mereka menginjak Tanah Suci, talbiyah dikumandangkan kembali dengan suara lantang dan serentak, sebuah seruan rindu yang tulus dari lubuk hati.
Di hadapan replika Ka’bah yang berdiri megah, hati mereka dipenuhi takjub. Para Sholih-Sholihah melakukan thawaf, mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali putaran, sebuah ritual yang tak hanya menggerakkan raga, tetapi juga mengikat jiwa pada satu titik pusat harapan. Setelahnya, mereka bergegas menuju Multazam, sebuah tempat yang diyakini mustajab untuk berdoa. Di sana, wajah-wajah polos itu menengadah, memanjatkan doa-doa tulus untuk kedua orang tua mereka. Sebuah pemandangan yang mengharukan, di mana mimpi-mimpi kecil diukir dengan ketulusan yang besar.
Prosesi berlanjut dengan salat sunah dua rakaat di Maqam Ibrahim, sebagai bentuk penghormatan atas jejak langkah suci Nabi Ibrahim a.s yang telah membangun Ka’bah yang mulia. Setelah itu, Sholih Sholihah bergantian mendapatkan kesempatan melintas Hijr Ismail dan mencium Hajar Aswad. Sebuah momen yang begitu sakral, di mana mereka merasakan kedekatan yang luar biasa dengan sejarah Islam.
Perjalanan spiritual dalam manasik haji anak ini disertai dengan keberkahan dari air zam-zam, air suci terbaik di bumi. Dengan adab Rasulullah, Sholih Sholihah meminum air zam-zam, seraya berharap setiap tetesnya membawa kebaikan dan menguatkan iman. Setiap tegukan seakan membasahi dahaga jiwa, menyegarkan kembali semangat mereka.
Lalu, tibalah saatnya Sa’i, di mana mereka berlari-lari kecil dari Bukit Shafa ke Bukit Marwah sebanyak tujuh kali. Ini adalah sebuah napak tilas perjuangan Siti Hajar yang mengajarkan ketabahan dan keyakinan pada kuasa Allah SWT. Ritual Sa’i ini diakhiri dengan tahallul sa’i, di mana sebagian kecil rambut mereka dipotong, sebagai simbol pelepasan diri dari hal-hal duniawi.
Setelah rangkaian umrah selesai, tibalah kita pada puncak perjalanan yaitu haji. Dengan niat yang diperbarui, Sholih Sholihah bergerak menuju Padang Arafah untuk melaksanakan Wukuf. Di sana, dalam keheningan, Sholih Sholihah duduk dengan tertib. Pandangan mereka semua tertuju pada Ustadz Qomar yang duduk di depan, suaranya mengalun lembut namun penuh hikmah. Beliau menyampaikan khutbah tentang makna sejati dari ibadah haji. Hati-hati kecil itu terhanyut dalam setiap bait hikmah dan nasihat, mereka merenungi betapa agungnya cinta Allah SWT dan betapa besar pengorbanan para Nabi di Tanah Suci ini.
Rangkaian perjalanan manasik ini dilanjutkan kembali oleh Sholih-Sholihah dengan mengumpulkan kerikil di Muzdalifah, bermalam (mabit) di Mina, lalu melempar jumrah di Jumratul Aqabah sebagai simbol perlawanan terhadap godaan setan. Dengan penuh keberanian, Sholih Sholihah mengucapkan “Bismillahi Wallahu Akbar”, lalu melemparkan setiap kerikil yang dibawanya. Setelah melempar jumrah, Sholih Sholihah kembali melakukan tahallul. Selanjutnya, dengan penuh syukur, mereka melantunkan takbir dan membaca doa sapu jagad sambil menghadap kiblat, sebelum akhirnya menuntaskan kegiatan lempar jumrah di Jumratul Ula, Jumratul Wustho dan Jumratul Aqabah sebagai tanda seluruh rangkaian ibadah telah sempurna.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, kegiatan manasik haji anak telah selesai dilakukan dengan lancar dan penuh keberkahan. Semoga setiap langkah kecil yang ananda Sholih Sholihah ayunkan hari ini menjadi bekal iman yang kokoh di masa depan. Semoga kelak, mereka semua dapat mewujudkan mimpi untuk benar-benar menjejakkan kaki di Tanah Suci, merasakan nikmatnya beribadah di Baitullah, dan menggenapkan rukun Islam yang kelima. Doa tulus Ustadz-Ustadzah menyertai, semoga Allah mengabulkan setiap harapan dan cita-cita suci mereka. Aamiin, Aamiin ya Rabbal ‘alamin.
Sampai Bertemu di Manasik Haji Anak Tahun Depan, Sholih-Sholihah! Insyaallah…
(Ustadzah Tami)








