Ramadhan di Tengah Musibah Covid 19

Bulan Ramadhan, bulan penuh berkah. Apakah arti berkah?. Berkah adalah kebaikan yang tetap dan terus bertambah. Sekarang sedang kita jalani. Pada bulan ini, kata  Nabi Sallallahu ‘Alaihi Wassalam,  futihat abwabul jinan . Dibuka pintu-pintu surga. Wa ghulliqat abwabul jahim . Dan pintu-pintu neraka tertutup. Wa suffidatis syayatin , syetan-syetan dibelenggu. Kita berbuat baik sepanjang masa maka Allah memberikan musim kebaikan. Covid 19, kita sedang menghadapinya. Kita tetap  stay at home  tapi amalan-amalan bulan ramadhan perlu kita persiapkan . Sebisa mungkin, dengan di rumah kita bisa  khatam  Al-Qur’an lebih banyak. Dengan di rumah, kita lebih jauh dari kemaksiatan. Dengan di rumah,  InsyaAllah  kita lebih ikhlas beribadah. Jangan sampai covid 19 menurunkan ibadah kita di bulan Ramadhan.

Kita jalani  social distance   yang artinya jaga jarak guna pencegahan Virus Corona Covid 19. Masjid-masjid pun di tutup. Dan penutupan masjid seperti ini sudah pernah terjadi pada jaman dulu. Ketika Al-Imam ‘Amru bin ‘Ash menjadi gubernur Irak. Saat itu wilayah Irak dan sekitarnya sedang dilanda wabah penyakit yang disebabkan oleh virus. Akhirnya Al-Imam ‘Amru bin ‘Ash melarang warganya berjama’ah di masjid. Menutup pasar dan pusat-pusat keramaian. Bahkan beliau mengeluarkan fatwa :  Al-Waba’kan Naar . Wabah itu seperti api. Wa Antum Waquuduhaa . Dan kamu (wahai manuasia) adalah kayu bakarnya. Artinya, dimana kalian berkumpul, maka disitulah api akan terus menyala. Di tutup masjid, tidak ada tujuan bagi kita untuk beribadah. Dan ini sifatnya hanya sementara tidak untuk selamanya. Tujuan lain adalah untuk memutus rantai penyebaran Virus Corona Covid 19.

Kita tidak perlu terlalu panik dengan wabah ini. Karena ketakutan kita, ketidak-ridhaan kita dan kemarahan kita itu tidak mampu menolak musikbah. Contoh : Suatu ketika, salah satu dari kita mendapatkan berita. Di telepon oleh seseorang. Assalamu’alaikumWa’alaikumus salam .” Bapak, saya bermaksud menyampaikan berita kepada bapak. “Apa beritanya?”, katakan saja. Toko bapak terbakar.  Na’udzu billahi min syarri dzalikNasalullahAssalamu’alaikum wal’afiyah . Semoga Allah menjaga kita semua. Maka ketika  handphone  yang kita buat mendengarkan berita itu kita melempar ke tembok, maka tetap. Toko kita tetap terbakar. Artinya, ketakutan kita, kemarahan kita, ketidak-ridhaan kita atas musibah yang terjadi, tidak akan menjadikan musibah itu hilang. Bahkan musikbah itu akan semakin besar. Karena apa? Karena kita tidak ridha. Musibah semakin besar juga disebabkan karena musuh-musuh kita permusuhan kita, menjadikan orang lain senang melihat musibah tersebut karena kita tak mampu menampakkan keridhaan terhadap musik yang Allah ujikan kepada kita.

Keridhoan terhadap Allah bukan hanya pada saat kena musibah saja, namun juga dalam kehidupan sehari-hari. Menghadapi pasangan yang mungkin kurang sesuai dengan harapan, memiliki anak yang mungkin anak itu adalah ujian dari Allah SWT. Yang dengan ini  InsyaAllah  kita akan mendapatkan keutamaan yang jauh lebih besar dibandingkan kesabaran yang kita munculkan. Salah satu fitnah kita di zaman ini juga adalah, tingkat perceraian yang luar biasa. Seakan-akan rumah tangga tidak memiliki kesabaran di dalamnya. Tidak ada yang saling memahami di dalamnya. Tidak ada saling ridha di dalamnya. Tidak ada saling pengertian di dalamnya. Tidak sedikit cocok, muncul kata cerai. Melihat istrinya tidak bisa masak, muncul kalimat cerai. Melihat istrinya tidak lagi cantik seperti dulu, mengucapkan kata cerai. Terus, dimanakah ibadahnya? Marilah kita simak kisah berikut. Ada satu ucapan dari Abdullah Ibnu Abbas yang ucapan ini sangat menarik. Ketika Abdullah Ibnu Abbas menukil satu ayat Al-Qur’an dimana Allah SWT. Berfirman,  wa’Asyiruhunna bil ma’ruf . Dan pergaulilah istrimu dengan cara yang baik. Apa kata ‘Abdullah ibnu ‘Abbas ketika menafsirkan ayat ini? Perlu kita ketahui, bahwa Abdullah Ibnu ‘Abbas adalah Ulama’nya umatnya Nabi Muhammad SAW. Ibnu ‘Abbas adalah salah satu sahabat yang Rasulullah do’akan dia,  Allahumma faqqihhu fid dinWa’allimhut ta’wil . Ya Allah fahamkan dia tentang ilmu agama dan ajarkan dia tentang ilmu tafsir Al-Qur’an. Maka Abdullah bin Abbas ahli tafsir. Dia menafsirkan ketika ada seorang suami yang bersabar atas keburukan istrinya dan ketika istri bersabar atas keburukan suaminya. Artinya mampu menahan diri. Apa yang Allah berikan padanya? Kata Abdullah ibnu Abbas, Allah gantikan, kesabarannya dengan anak-anak yang menyenangkan hati orang tua. Wallahu a’lam. ( Ustadzah Maya)

WebSDRahmat

Writer & Blogger

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Tim dukungan pelanggan kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanyakan apa saja kepada kami!